Tarsius kerdil (pygmy tarsier, Tarsius pumilus, mountain tarsier, lesser spectral tarsier), adalah sebuah primata nokturnal yang ditemukan di Sulawesi Tengah, Indonesia, di kawasan dengan keragaman spesies yang vegetatif rendah ketimbang hutan tropis dataran rendah. Tarsius kerdil diyakini punah pada awal abad ke-20. Kemudian, pada 2000, para ilmuwan Indonesia secara tak sengaja menewaskan seekor tarsius kerdil saat menjebak tikus. Tarsius kerdil pertama yang terlihat dalam keadaan hidup sejak 1920an ditemukan oleh tim riset pimpinan Dr. Sharon Gursky dan murid Ph.D. Nanda Grow dari Texas A&M University di Gunung Rore Katimbo di Taman Nasional Lore Lindu pada Agustus 2008.[3][4] Dua pejantan dan satu betina (yang keempat kabur) ditangkap memakai jaring, dan radio dipakai untuk meneliti gerak mereka. Karena tarsius-tarsius kerdil hidup pertama terlihat pada 80 tahun terakhir, penangkapan-penangkapan tersebut mencabut keyakinan pada beberapa primatolog bahwa spesies tersebut telah punah.[5]
Tarsius kerdil (pygmy tarsier, Tarsius pumilus, mountain tarsier, lesser spectral tarsier), adalah sebuah primata nokturnal yang ditemukan di Sulawesi Tengah, Indonesia, di kawasan dengan keragaman spesies yang vegetatif rendah ketimbang hutan tropis dataran rendah. Tarsius kerdil diyakini punah pada awal abad ke-20. Kemudian, pada 2000, para ilmuwan Indonesia secara tak sengaja menewaskan seekor tarsius kerdil saat menjebak tikus. Tarsius kerdil pertama yang terlihat dalam keadaan hidup sejak 1920an ditemukan oleh tim riset pimpinan Dr. Sharon Gursky dan murid Ph.D. Nanda Grow dari Texas A&M University di Gunung Rore Katimbo di Taman Nasional Lore Lindu pada Agustus 2008. Dua pejantan dan satu betina (yang keempat kabur) ditangkap memakai jaring, dan radio dipakai untuk meneliti gerak mereka. Karena tarsius-tarsius kerdil hidup pertama terlihat pada 80 tahun terakhir, penangkapan-penangkapan tersebut mencabut keyakinan pada beberapa primatolog bahwa spesies tersebut telah punah.