Schleichera oleosa ist ein Baum in der Familie der Seifenbaumgewächse aus der Unterfamilie der Sapindoideae aus Indien, Bangladesh, Sri Lanka und aus dem nördlichen Südostasien sowie aus Sulawesi, Java. Es ist die einzige Art der Gattung Schleichera. Der Gattungsname ehrt den deutschen und Schweizer Apotheker und Botaniker Johann Christoph Schleicher (1768–1834).[1]
Schleichera oleosa wächst als laubabwerfender bis halbimmergrüner, langsamwüchsiger Baum mit kurzem Stamm und dichter Krone bis zu 40 Meter hoch. Der Stammdurchmesser erreicht bis zu 2 Meter. Es sind meist Wurzelanläufe oder Riffelungen vorhanden. Die Borke ist gräulich bis grau-braun, relativ glatt und leicht schuppig.
Die wechselständigen und gestielten Laubblätter sind paarig gefiedert mit bis zu 6–8 Blättchen. Der Blattstiel ist bis 8 Zentimeter lang. Die leicht ledrigen, eingebuchteten bis rundspitzigen oder stumpfen, seltener spitzen bis bespitzten Blättchen sind kurz gestielt bis fast sitzend und elliptisch oder eiförmig bis verkehrt-eiförmig. Die fast kahlen Blättchen sind etwa 5–22 Zentimeter lang und der Rand ist ganz bis ausgeschweift und oft wellig. Die Blättchenstiele sind bis 3 Millimeter lang. Manchmal ist ein reduziertes Endblättchen ausgebildet. Die jungen Blätter sind rötlich.
Schleichera oleosa ist funktionell zweihäusig diözisch. Es werden kürzere, achselständige, leicht behaarte und thyrsige bis traubige Blütenstände gebildet. Die sehr kleinen, funktionell eingeschlechtlichen und kurz gestielten Blüten mit einfacher Blütenhülle, die Kronblätter fehlen, sind gelblich bis grünlich. Die 4–6 feinhaarigen, eiförmigen bis dreieckigen Kelchblätter sind kurz verwachsen und bis 1,5 Millimeter lang. Die männlichen Blüten besitzen 5–9 vorstehende Staubblätter mit leicht behaarten Staubfäden und einen reduzierten Pistillode. Die weiblichen einen oberständigen, behaarten Fruchtknoten mit kurzem, dicklichem Griffel und gelappter Narbe und kurze Staminodien. Es ist jeweils ein Diskus vorhanden.
Es werden kleine, rundliche bis eiförmige, bis 2,5 Zentimeter große, hartledrige und leicht schorfige bis schwach, wenig bestachelte, grün-bräunliche bis bräunliche Beeren (Panzerbeere) mit Griffelresten gebildet. Die 1–2 glatten Samen sind von einem fleischigen, orangen Arillode komplett eingehüllt.
Die Chromosomenzahl beträgt 2n = 32.
Der Baum dient der Lackschildlaus als Wirtspflanze.
Die angenehm schmeckenden, säuerlichen Früchte bzw. der Arillode sind essbar. Unreife Früchte werden auch eingelegt.
Aus den Samen kann ein Öl (Kusum-, Mac(k)assaröl) gewonnen werden.
Die Rinde, gemahlene Samen und das Samenöl werden medizinisch genutzt. Das Öl wird auch als Haarpflegemittel verwendet.
Das harte und schwere Holz ist recht beständig, es wird für verschiedene Anwendungen genutzt.
Schleichera oleosa ist ein Baum in der Familie der Seifenbaumgewächse aus der Unterfamilie der Sapindoideae aus Indien, Bangladesh, Sri Lanka und aus dem nördlichen Südostasien sowie aus Sulawesi, Java. Es ist die einzige Art der Gattung Schleichera. Der Gattungsname ehrt den deutschen und Schweizer Apotheker und Botaniker Johann Christoph Schleicher (1768–1834).
Kesambi atau kosambi (Schleichera oleosa) ya iku jeneng jinis wit ning laladan garing, kerabat rambutan saking suku Sapindaceae. Jeneng-jeneng ning laladan, ning antarané kasambi (Sd.); kesambi, kusambi, sambi (Jw., Bal.); kasambhi (Md.); kusambi, usapi (Tim.); kasembi, kahembi (Sumba); kehabe (Sawu); kabahi (Solor); kalabai (Alor); kule, ule (Rote); bado (Mak.); ading (Bug.)
Wohe diarani kecacil utawa kucacil.
Kesambi atau kosambi (Schleichera oleosa) ya iku jeneng jinis wit ning laladan garing, kerabat rambutan saking suku Sapindaceae. Jeneng-jeneng ning laladan, ning antarané kasambi (Sd.); kesambi, kusambi, sambi (Jw., Bal.); kasambhi (Md.); kusambi, usapi (Tim.); kasembi, kahembi (Sumba); kehabe (Sawu); kabahi (Solor); kalabai (Alor); kule, ule (Rote); bado (Mak.); ading (Bug.)
Wohe diarani kecacil utawa kucacil.
Schleichera es un género monotípico de plantas fanerógamas, perteneciente a la familia Sapindaceae. Su única especie: Schleichera oleosa, es originaria del subcontinente indio y el sudeste de Asia.[1]
Schleichera oleosa el árbol Kusum, roble de Ceilán roble[2]
En Tailandia este árbol se conoce como takhro (tailandés : ตะคร้อ) o como kho (tailandés : ค้อ),[3] siendo este último un nombre que comparte con Livistona speciosa, una especie de palmera.[4]
Schleichera oleosa fue descrita por (Lour.) Merr. y publicado en Interpr. Rumph. Herb. Amboin. 337. 1917.[5]
Schleichera es un género monotípico de plantas fanerógamas, perteneciente a la familia Sapindaceae. Su única especie: Schleichera oleosa, es originaria del subcontinente indio y el sudeste de Asia.
Schleichera oleosa el árbol Kusum, roble de Ceilán roble
En Tailandia este árbol se conoce como takhro (tailandés : ตะคร้อ) o como kho (tailandés : ค้อ), siendo este último un nombre que comparte con Livistona speciosa, una especie de palmera.
Kesambi atau kosambi (Schleichera oleosa) adalah nama sejenis pohon daerah kering, kerabat rambutan dari suku Sapindaceae. Beberapa nama daerahnya, di antaranya kasambi/kosambi (Sd.); kesambi, kusambi, sambi, kecacil (Jw., Bal.); kasambhi (Md.); kusambi, usapi (Tim.); kasembi, kahembi (Sumba); kehabe (Sawu); kabahi (Solor); kalabai (Alor); kule, ule (Rote); bado (Mak.); ading (Bug.)[1].
Nama-nama itu mirip dengan sebutannya di India, tanah asal tumbuhan ini, misalnya: kosam, kosumb, kusum, kussam, rusam, puvam[2]. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai gum-lac tree, Indian lac tree, Malay lac tree, Macassar oil tree, Ceylon oak, dan lain-lain. Nama-nama itu merujuk pada hasil-hasil yang diperoleh dari pohon ini, seperti lak dan minyak Makassar.
Pohon berumah dua (dioesis), kekar, sering bengkok, tinggi mencapai 40 m dan gemang batang sampai 2 m, meskipun kebanyakan kecil dari itu. Berbanir kecil, pepagan berwarna abu-abu.[3]
Daun-daun majemuk menyirip genap; dengan 4–8 anak daun bentuk jorong memanjang, kadang-kadang bundar telur atau bundar telur sungsang, 4,5—18,5(—25) x 2,5—9 cm, yang ujung terbesar, gundul, seperti kertas atau seperti jangat, yang muda berwarna jambon. Bunga-bunga terkumpul dalam malai berbentuk tandan, 6–15 cm, berjejalan pada pangkal tunas yang muda, sering bercabang pendek. Bunga tanpa mahkota; kelopak 4—5, menyatu pada pangkalnya, bertaju bundar telur atau menyegitiga, 1—1,5 mm, berambut tipis di kedua sisinya, kuning hijau. Benang sari 4—9. Buah bentuk gelendong lebar atau agak bulat telur, 1,5—2,5 x 1–2 cm, dengan ujung meruncing, licin atau berduri tempel sedikit, kuning. Biji 1—2 butir, hampir bulat, lk. 12 x 10 x 8 mm, coklat, terselubung salut biji yang kekuningan, tipis, asam manis.[3][4]
Asal usul penyebaran kesambi merentang sejak kaki Pegunungan Himalaya dan Dataran Tinggi Dekkan bagian barat di anak benua India, terus ke Srilangka hingga Indocina. Kemungkinan pada masa lampau tumbuhan ini dibawa masuk ke kawasan Malesia, termasuk Indonesia, dan kemudian meliar di sana. Di Indonesia terutama ditemukan di wilayah-wilayah dengan musim kemarau yang kuat, mulai dari belahan timur Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku (Seram dan Kepulauan Kai); liar atau ditanam.[3][4]
Di Jawa, kesambi umumnya ditemukan di dataran rendah, namun dapat hidup hingga ketinggian sekitar 1.200 m dpl., pada kisaran curah hujan antara 750–2.500 mm per tahun.[5] Pohon ini juga ditemukan tumbuh liar di savana, hutan tropika gugur daun, dan hutan-hutan jati. Kesambi meluruhkan daun di musim kemarau, meski hanya sebentar saja tak berdaun.
Kayu kesambi, terutama kayu terasnya, padat, berat, dan sangat keras; berwarna merah muda hingga kelabu. Kayu ini ulet, kenyal, dan tahan terhadap perubahan kering dan basah berganti-ganti, sehingga pada masa silam kerap dimanfaatkan sebagai jangkar perahu. Tidak mudah menyerpih, kayu kesambi sering dipakai membuat alu, silinder-silinder dalam penggilingan, dan perkakas rumah tangga umumnya.[1] Mempunyai nilai energi yang tinggi hingga 20.800 kJ/kg, kayu ini disenangi sebagai kayu bakar dan bahan pembuatan arang[3].
Pepagan kesambi dimanfaatkan untuk menyamak kulit, mewarnai batik, mengelatkan nira agar tidak masam ketika difermentasi, serta untuk campuran lulur. Pepagan yang digerus halus dan dicampur minyak, digunakan sebagai obat kudis. Daunnya yang muda, mentah atau direbus, dimakan sebagai lalap. Buah kesambi yang telah masak dimakan segar, atau, mentahnya dijadikan asinan.[1]
Bijinya, langsung atau setelah lebih dulu dipanggang sebentar, dikempa untuk mendapatkan minyaknya. Minyak kesambi ini (Jw., kecacil) mengandung sedikit asam sianida, dan digunakan untuk mengobati kudis dan luka-luka. Di Sulawesi Selatan, minyak kesambi ini dimasak dengan pelbagai rempah-rempah dan harum-haruman, dijadikan aneka minyak berkhasiat obat; termasuk di antaranya "minyak makassar" (Macassar oil) yang terkenal untuk merawat rambut. Minyak ini setelah dicampur dengan bahan lain, seperti tepung kapur dapat dijadikan salep obat atau untuk menambal celah (memakal, mendempul) perahu. Dahulu, minyak kesambi ini juga dijadikan minyak lampu, minyak makan dan bahan pembuat sabun.[1]
Daun-daun, pucuk rerantingan, dan limbah biji (bungkil) sisa pengempaan dijadikan pakan ternak. Sementara itu dalam industri kehutanan, pohon kesambi merupakan salah satu pohon inang terpenting bagi kutu lak (Laccifer lacca). Lak dan syelak (shellac), resin lengket yang digunakan sebagai bahan pewarna, pengilat makanan, dan pernis, terutama dihasilkan oleh India.[3] Di Indonesia, lak diproduksi oleh Perhutani di Probolinggo.
Kesambi atau kosambi (Schleichera oleosa) adalah nama sejenis pohon daerah kering, kerabat rambutan dari suku Sapindaceae. Beberapa nama daerahnya, di antaranya kasambi/kosambi (Sd.); kesambi, kusambi, sambi, kecacil (Jw., Bal.); kasambhi (Md.); kusambi, usapi (Tim.); kasembi, kahembi (Sumba); kehabe (Sawu); kabahi (Solor); kalabai (Alor); kule, ule (Rote); bado (Mak.); ading (Bug.).
Nama-nama itu mirip dengan sebutannya di India, tanah asal tumbuhan ini, misalnya: kosam, kosumb, kusum, kussam, rusam, puvam. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai gum-lac tree, Indian lac tree, Malay lac tree, Macassar oil tree, Ceylon oak, dan lain-lain. Nama-nama itu merujuk pada hasil-hasil yang diperoleh dari pohon ini, seperti lak dan minyak Makassar.
Dấu dầu[1][2] (danh pháp khoa học: Schleichera oleosa) là một loài thực vật có hoa trong họ Bồ hòn. Loài này được (Lour.) Merr. miêu tả khoa học đầu tiên năm 1917.[3]
Dấu dầu (danh pháp khoa học: Schleichera oleosa) là một loài thực vật có hoa trong họ Bồ hòn. Loài này được (Lour.) Merr. miêu tả khoa học đầu tiên năm 1917.