Sanca air Papua adalah jenis ular sanca air yang menghuni daerah berawa-rawa dan daerah lembab di pulau Papua. Dulunya ular ini termasuk dan merupakan satu-satunya jenis dari genus Apodora. Namun sekarang ular ini diklasifikasikan ke dalam genus Liasis sp..[2]
Ukuran ular yang dewasa bisa mencapai lebih dari 5 meter (17 kaki). Namun ular ini lebih ringan daripada ular sanca umumnya, dengan berat tidak lebih dari 22,5 kg (50 pon). Ular ini memiliki kemampuan untuk mengubah warna kulitnya, meski mekanisme dan alasan pasti dari perubahan tersebut belum sepenuhnya dimengerti, dengan warna beragam dari hitam sampai kuning sesawi, namun warna normalnya adalah hijau zaitun ketika masih berusia muda dan zaitun gelap saat tua, dengan warna kulit yang jauh lebih terang di sisi samping dan bawah tubuhnya.
Ular ini menyukai tempat-tempat lembab dan dekat dengan air seperti tepian sungai, rawa-rawa, danau, bahkan di sekitar air payau atau perairan pantai. Aktif pada malam hari. Ular ini memangsa mamalia kecil seprti tikus dan posum. Terkadang juga memakan ular lain yang berukuran lebih kecil darinya. Meskipun termasuk ular berukuran panjang dan memiliki serangan yang sangat cepat, namun ular ini relatif jinak dan tidak melawan walau dipegang sekalipun.
Ular ini ditemukan hampir di seluruh Papua, dari Misool sampai Pulau Fergusson, Papua Nugini. Lokalitas jenis yang diberikan adalah "Ramoi Nova Guinea austro-occidentiali" (Ramoi, dekat Sorong, Papua Barat, Indonesia).[1]
Ular ini juga menjadi binatang peliharaan yang populer di kalangan pecinta reptil. Namun pemburuan ular ini yang dilakukan terus-menerus menyebabkan berkurangnya populasi di alam. Ular ini sekarang dimasukkan ke dalam daftar hewan yang dilindungi oleh Pemerintah.[3]
Sanca air Papua adalah jenis ular sanca air yang menghuni daerah berawa-rawa dan daerah lembab di pulau Papua. Dulunya ular ini termasuk dan merupakan satu-satunya jenis dari genus Apodora. Namun sekarang ular ini diklasifikasikan ke dalam genus Liasis sp..