Musang gunung[4][5][6] (Diplogale hosei) adalah sejenis hewan endemik dari Kalimantan. Musang ini terdaftar dalam daftar merah IUCN sebagai spesies rentan karena saat ini mengalami penurunan populasi, dimana diperkirakan lebih dari 30% dari populasinya berkurang selama tiga generasi terakhir (disimpulkan sekitar 15 tahun), serta diduga 30% populasinya akan turun untuk tiga generasi selanjutnya dikarenakan pengrusakan habitat dan pemburukan lingkungan.[1] Dalam Bahasa Inggris, musang ini dinamakan sebagai Hose's palm civet oleh Oldfield Thomas di tahun 1982 untuk mengenang zoolog Charles Hose, dimana Hose pernah mengumpulkan spesimen pertama dari hewan ini di Sarawak di tahun 1891.[3] Hewan ini jarang diketahui ciri-cirinya, dimana informasi hewan ini kebanyakan berasal dari 17 spesimen yang ada di museum seluruh dunia. Spesimen hidup hewan ini baru pertama kali didapat di tahun 1997 dan lalu dilepaskan setelah 2 bulan – saat ini tidak ada musang gunung yang berada dalam penangkaran.[7]
Musang gunung (Diplogale hosei) adalah sejenis hewan endemik dari Kalimantan. Musang ini terdaftar dalam daftar merah IUCN sebagai spesies rentan karena saat ini mengalami penurunan populasi, dimana diperkirakan lebih dari 30% dari populasinya berkurang selama tiga generasi terakhir (disimpulkan sekitar 15 tahun), serta diduga 30% populasinya akan turun untuk tiga generasi selanjutnya dikarenakan pengrusakan habitat dan pemburukan lingkungan. Dalam Bahasa Inggris, musang ini dinamakan sebagai Hose's palm civet oleh Oldfield Thomas di tahun 1982 untuk mengenang zoolog Charles Hose, dimana Hose pernah mengumpulkan spesimen pertama dari hewan ini di Sarawak di tahun 1891. Hewan ini jarang diketahui ciri-cirinya, dimana informasi hewan ini kebanyakan berasal dari 17 spesimen yang ada di museum seluruh dunia. Spesimen hidup hewan ini baru pertama kali didapat di tahun 1997 dan lalu dilepaskan setelah 2 bulan – saat ini tidak ada musang gunung yang berada dalam penangkaran.