Taenia solium adalah spesies cacing pita (genus Taenia) yang menginfeksi babi. Cacing ini adalah parasit zoonotik usus ditemukan di seluruh dunia, dan yang paling umum di negara-negara di mana babi dimakan. Cacing dewasa ditemukan pada manusia dan memiliki tubuh datar, seperti-pita, yang berwarna putih dan panjangnya 2 sampai 3 m. Kepalanya, skoleks, berisi pengisap dan rostelum sebagai organ lampiran. Tubuh utama, strobila, terdiri dari rantai segmen yang dikenal sebagai proglotid. Setiap proglotid merupakan unit reproduksi lengkap; maka, cacing pita adalah hermafrodit. Ini melengkapi siklus hidupnya pada manusia sebagai inang utama dan babi sebagai inang perantara. Hal ini ditularkan ke babi melalui feses manusia atau pakan ternak yang terkontaminasi, dan untuk manusia melalui daging babi mentah atau setengah matang. Babi menelan telur berembrio, morula, yang berkembang menjadi larva, yang oncospheres, dan akhirnya menjadi larva infektif, sistiserki. Sebuah sistiserkus tumbuh menjadi cacing dewasa di usus kecil manusia. Infeksi umumnya tidak berbahaya dan tanpa gejala. Namun, infeksi tidak disengaja pada manusia oleh tahap larva menyebabkan sistiserkosis. Bentuk yang paling parah adalah neurosistiserkosis, yang mempengaruhi otak dan merupakan penyebab utama epilepsi.
Infeksi Cacing Pita Babi ialah infeksi usus yang disebabkan oleh cacing pita dewasa Taenia solium. Sistiserkosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh larva dari Taenia solium. Infeksi ini biasa ditemukan di Asia, Uni Soviet, Eropa Timur dan Amerika Latin. Di Amerika Serikat jarang terjadi, kecuali di antara kaum pendatang dan para pelancong dari daerah beresiko tinggi.
Cacing pita dewasa panjangnya bisa mencapai 240–300 cm. Terdiri dari bagian kepala yang memiliki kait-kait kecil dan badannya mengandung 1000 proglotid (bagian yang mengandung telur). Siklus hidupnya mirip cacing pita sapi, tapi babi hanya merupakan tuan rumah perantara saja.
Manusia juga bisa berperan sebagai tuan rumah perantara, di mana telur cacing mencapai lambung bila tertelan atau bila proglotid berbalik dari usus ke lambung. Embrio lalu dilepaskan di dalam lambung dan menembus dinding usus, lalu akan sampai ke otot, organ dalam, otak dan jaringan dibawah kulit, di mana mereka membentuk kista. Kista yang hidup hanya menyebabkan reaksi ringan, sedangkan kista yang mati menimbulkan reaksi yang hebat.
Infeksi oleh cacing dewasa biasanya tidak menyebabkan gejala. Infeksi yang berat oleh kista bisa menyebabkan nyeri otot, lemah dan demam. Bila infeksi sampai ke otak dan selaputnya, bisa menimbulkan peradangan, dan bisa terjadi kejang.
Pada infeksi cacing dewasa, telur bisa ditemukan disekeliling dubur atau di dalam tinja. Proglotid atau kepala cacing harus ditemukan di dalam tinja dan diperiksa dengan mikroskop untuk membedakannya dari cacing pita lainnya. Kista hidup di dalam jaringan (misalnya di otak) dan bisa dilihat dengan CT atau MRI. Kadang-kadang kista bisa ditemukan pada pemeriksaan laboratorium dari jaringan yang diambil dari bintil di kulit. Juga bisa dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap parasit.
Diberikan niklosamid atau prazikuantel per-oral (melalui mulut).
Mencucinya sebelum dimasak, rebus dahulu hingga 100 derajat celcius lebih, lalu diolah dan dimasak hingga benar-benar matang. Tetapi menurut hasil reset laboratorium Kota Batam, lebih dianjurkan jika kita mengurangi memakan daging babi, karena terdapat Taenia solium di mana panjang cacing ini kurang lebih hingga 200 cm yang akan berarang juga di perut yang mengonsumsinya.
Taenia solium adalah spesies cacing pita (genus Taenia) yang menginfeksi babi. Cacing ini adalah parasit zoonotik usus ditemukan di seluruh dunia, dan yang paling umum di negara-negara di mana babi dimakan. Cacing dewasa ditemukan pada manusia dan memiliki tubuh datar, seperti-pita, yang berwarna putih dan panjangnya 2 sampai 3 m. Kepalanya, skoleks, berisi pengisap dan rostelum sebagai organ lampiran. Tubuh utama, strobila, terdiri dari rantai segmen yang dikenal sebagai proglotid. Setiap proglotid merupakan unit reproduksi lengkap; maka, cacing pita adalah hermafrodit. Ini melengkapi siklus hidupnya pada manusia sebagai inang utama dan babi sebagai inang perantara. Hal ini ditularkan ke babi melalui feses manusia atau pakan ternak yang terkontaminasi, dan untuk manusia melalui daging babi mentah atau setengah matang. Babi menelan telur berembrio, morula, yang berkembang menjadi larva, yang oncospheres, dan akhirnya menjadi larva infektif, sistiserki. Sebuah sistiserkus tumbuh menjadi cacing dewasa di usus kecil manusia. Infeksi umumnya tidak berbahaya dan tanpa gejala. Namun, infeksi tidak disengaja pada manusia oleh tahap larva menyebabkan sistiserkosis. Bentuk yang paling parah adalah neurosistiserkosis, yang mempengaruhi otak dan merupakan penyebab utama epilepsi.