The ephemeral flowers bloom by night and have an offensive smell. The leaves, usually borne horizontally, become vertical during heavy rains (Beccari, Nelle for di Borneo 140,1902). Young berries with a sour taste are eaten; ripe fruit is medicinally used as a poultice in swellings and sprains; fermented juice is used for stopping haemorrhages; the wood makes poor fuel; the pneumatophores, when boiled in water, give a poor quality cork.
கிண்ணை (Sonneratia caseolaris, ஆங்கிலம்: Mangrove Apple, Crabapple Mangrove) என்பது லித்ராசிய குடும்ப தாவரம் ஆகும்.
இம்மரம் அலையாத்திக் காடு வகையைச் சார்ந்ததும் 20 மீட்டர் உயரம் வரை வளரக்கூடியதும் இதன் அடிமர விட்டம் 50 செ.மீ கொண்டும் காணப்படும். இது வெப்பமண்டல ஐதான களித் தரைகளில் ஆப்பிரிக்காவிலிருந்து இந்தோனேசியா வரை காணப்படுகின்றது. அவுத்திரேலியா முதல் சீனா, பிலிப்பீன்சு வரையான இடங்களிலும் இது காணப்படுகின்றது.
இதன் பழமும் இலையும் உண்ணத்தக்கவை. இது குறிப்பிட்ட சில இடங்களில் உணவாகக் கொள்ளப்படுகின்றது.[1]
இது சிலவேளை தக்கை மரம் மரம் என அழைக்கப்படுகின்றது. சில இடங்களில் மீனவர்களில் இதன் மூச்சுவேரை சிறு மிதவைகளாக அமைந்து வலையின் மிதப்பாகப் பயன்படுத்துகின்றனர்.[2]
கிண்ணை (Sonneratia caseolaris, ஆங்கிலம்: Mangrove Apple, Crabapple Mangrove) என்பது லித்ராசிய குடும்ப தாவரம் ஆகும்.
இம்மரம் அலையாத்திக் காடு வகையைச் சார்ந்ததும் 20 மீட்டர் உயரம் வரை வளரக்கூடியதும் இதன் அடிமர விட்டம் 50 செ.மீ கொண்டும் காணப்படும். இது வெப்பமண்டல ஐதான களித் தரைகளில் ஆப்பிரிக்காவிலிருந்து இந்தோனேசியா வரை காணப்படுகின்றது. அவுத்திரேலியா முதல் சீனா, பிலிப்பீன்சு வரையான இடங்களிலும் இது காணப்படுகின்றது.
Sonneratia caseolaris, commonly known as mangrove apple,[3] is a species of plant in the family Lythraceae. The fruit is noted for its outward similarity to the persimmon fruit.[4]
This tree is a type of mangrove growing up to 20 m in height and with a trunk reaching a maximum diameter of 50 cm. It is present in tropical tidal mud flats from Africa to Indonesia, southwards down to northeast Australia and New Caledonia and northwards up to Hainan Island in China and the Philippines.
The fruit of this tree is the subject of a legend of Maldivian folklore, Kulhlhavah Falhu Rani. Kuhlhavah (ކުއްޅަވައް) is the Dhivehi name for the mangrove apple (Sonneratia caseolaris). [5]
The tree is associated with congregating fireflies throughout southeast Asia[6] and is the food source of moth and other insects.
The leaves and the fruit are edible and appreciated as food in certain areas, such as Maldives.[3] In Sri Lanka, where the fruit is known as kirala gédi (කිරල ගෙඩි) in Sinhala or Kārk koṭṭaikaḷ (கார்க் கொட்டைகள்) in Tamil, the pulp of the fruit is mixed with coconut milk extract and made into a milk shake.[7] Many tourist resorts situated in the South of Sri Lanka where the trees grow abundantly alongside rivers, offer fresh fruit drinks made from the fruit. In the Maldives the fruits are used as a refreshing drink and also eaten with scraped coconut & sugar.
The tree is also sometimes known as cork tree, because fishermen in some areas make fishing net floats by shaping the pneumatophores into small floats.[6]
Sonneratia caseolaris, commonly known as mangrove apple, is a species of plant in the family Lythraceae. The fruit is noted for its outward similarity to the persimmon fruit.
Sonneratia caseolaris in KeralaThis tree is a type of mangrove growing up to 20 m in height and with a trunk reaching a maximum diameter of 50 cm. It is present in tropical tidal mud flats from Africa to Indonesia, southwards down to northeast Australia and New Caledonia and northwards up to Hainan Island in China and the Philippines.
The fruit of this tree is the subject of a legend of Maldivian folklore, Kulhlhavah Falhu Rani. Kuhlhavah (ކުއްޅަވައް) is the Dhivehi name for the mangrove apple (Sonneratia caseolaris).
The tree is associated with congregating fireflies throughout southeast Asia and is the food source of moth and other insects.
Pidada merah atau perepat merah (Sonneratia caseolaris) adalah sejenis pohon penghuni rawa-rawa tepi sungai dan hutan bakau, yang termasuk ke dalam suku Lythraceae (dulu, Sonneratiaceae).
Pidada merah adalah salah satu jenis pidada yang kerap ditemui. Secara lokal, pohon ini sering disebut pidada atau perepat saja. Nama-nama lainnya, di antaranya: alatat (Sim.); berembang (Mly.); pedada, perepat merah, rambai (Banjarm.); bogem (Sd.); betah, bidada, bogem, kapidada (Jw.); bhughem, poghem (Mad.); wahat merah, warakat merah (Amb.); posi-posi merah (Ternate) dan lain-lain.[1]
Juga hikau-hikauan, ilukabban, palapat, palata, pagatpat, payar, pedada (Fil.); bãn sè (Viet.); lam phu, lampoo (Thai.); ampou-krohom (Kamb.); serta mangrove apple (Ingg.).[2]
Pohon berukuran kecil hingga sedang, tinggi sekitar 15 m dan jarang-jarang mencapai 20 m. Tajuk renggang dengan ranting-ranting menggantung di ujung. Serta dengan banyak akar napas yang besar muncul vertikal di sekeliling batangnya, kadang-kadang hingga beberapa meter jauhnya dari batang.
Daun-daun tunggal, berhadapan, bundar telur terbalik atau memanjang, 5–13 cm × 2–5 cm, dengan pangkal bentuk baji dan ujung membulat atau tumpul. Tangkai daun pendek dan seringkali kemerahan.
Bunga sendirian atau berkelompok hingga 3 kuntum di ujung ranting. Kelopak bertaju 6 (jarang 7–8), runcing, panjang 3–4,5 cm dengan tabung kelopak serupa cawan dangkal di bawahnya, hijau di bagian luar dan putih kehijauan atau kekuningan di dalamnya. Daun mahkota merah, sempit, 17-35 mm × 1,5-3,5 mm. Benangsari sangat banyak, panjang 2,5–3,5 cm, putih dengan pangkal kemerahan, lekas rontok. Tangkai putik besar dan panjang, tetap tinggal sampai lama.
Buah buni berbiji banyak berbentuk bola pipih, hijau, 5–7,5 cm diameternya dan tinggi 3–4 cm, duduk di atas taju kelopak yang hampir datar. Daging buah kekuningan, masam asin, berbau busuk.
Pidada merah kerap didapati di hutan-hutan bakau di bagian yang bersalinitas rendah dan berlumpur dalam; di sepanjang tepian sungai dan juga di rawa-rawa yang masih dipengaruhi pasang-surut air laut. Buah pidada terapung dan dipencarkan oleh aliran air.[2]
Seperti umumnya pidada, bunga pidada merah mekar di malam hari. Bunga ini mengandung banyak nektar, yang disukai oleh kelelawar dan ngengat, yang datang menyerbukinya. Pidada merah berbunga dan berbuah sepanjang tahun.[2]
Buahnya dapat dimakan, demikian pula daunnya yang muda, yang kerap dilalap. Buah ini pun sering dimakan mentah, atau dimasak sebagai campuran ikan.[4] Di Kalimantan Selatan, buah rambai dijadikan sebagai bahan ramuan bedak dingin.
Kayunya berkualitas rendah, dan hanya kadang-kadang digunakan sebagai kayu api. Akar napasnya relatif lunak dan banyak mengandung rongga renik di dalamnya, sehingga kerap digunakan sebagai pengganti gabus untuk membuat tutup botol, kok, dan juga bagian dalam sol sepatu.[2][4]
Pidada merah diketahui menyebar luas, mulai dari Sri Lanka di barat, Asia Tenggara (Kamboja, Vietnam, Thailand, Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei, Filipina, Timor Timur, Papua Nugini, hingga ke Australia, Kepulauan Solomon dan New Hebrides. Diintroduksi ke Cina selatan.[2]
Dikenal hasil persilangan Sonneratia caseolaris dengan Sonneratia alba di Papua Nugini, yang dinamai Sonneratia X gulngai .[2]
tidak sah; nama "giesen2006_256" didefinisikan berulang dengan isi berbeda Kesalahan pengutipan: Tanda
tidak sah; nama "giesen2006_256" didefinisikan berulang dengan isi berbeda Kesalahan pengutipan: Tanda
tidak sah; nama "giesen2006_256" didefinisikan berulang dengan isi berbeda Kesalahan pengutipan: Tanda
tidak sah; nama "giesen2006_256" didefinisikan berulang dengan isi berbeda Kesalahan pengutipan: Tanda
tidak sah; nama "giesen2006_256" didefinisikan berulang dengan isi berbeda Kesalahan pengutipan: Tanda
tidak sah; nama "giesen2006_256" didefinisikan berulang dengan isi berbeda Pidada merah atau perepat merah (Sonneratia caseolaris) adalah sejenis pohon penghuni rawa-rawa tepi sungai dan hutan bakau, yang termasuk ke dalam suku Lythraceae (dulu, Sonneratiaceae).
Pidada merah adalah salah satu jenis pidada yang kerap ditemui. Secara lokal, pohon ini sering disebut pidada atau perepat saja. Nama-nama lainnya, di antaranya: alatat (Sim.); berembang (Mly.); pedada, perepat merah, rambai (Banjarm.); bogem (Sd.); betah, bidada, bogem, kapidada (Jw.); bhughem, poghem (Mad.); wahat merah, warakat merah (Amb.); posi-posi merah (Ternate) dan lain-lain.
Juga hikau-hikauan, ilukabban, palapat, palata, pagatpat, payar, pedada (Fil.); bãn sè (Viet.); lam phu, lampoo (Thai.); ampou-krohom (Kamb.); serta mangrove apple (Ingg.).
Sonneratia caseolaris ((L.) Engl., 1897) è una mangrovia appartenente alla famiglia delle Lythraceae, diffusa nelle foreste costiere dell'oceano Indiano orientale e del Pacifico occidentale[2].
La specie è presente nelle mangrovie dell'Asia meridionale (India, Sri Lanka, Bangladesh e isole Maldive), del sud-est asiatico (Birmania, Thailandia, Cambogia, Vietnam, Cina (Hainan), Indonesia, Malaysia, Brunei, Singapore e Filippine) e dell'Oceania (Australia settentrionale, Papua Nuova Guinea, Nuova Caledonia, Palau, isole Salomone e Vanuatu).[1]
Sonneratia caseolaris ((L.) Engl., 1897) è una mangrovia appartenente alla famiglia delle Lythraceae, diffusa nelle foreste costiere dell'oceano Indiano orientale e del Pacifico occidentale.
Pokok Berembang adalah sejenis tumbuhan yang terdapat di hutan Malaysia. Pokok ini juga dipercayai terdapat di negara-negara ASEAN yang lain. Nama saintifiknya Sonneratia caseolaris (L.) Engl. [1]
Berembang, pedada, gedabu, atau perepat ialah sejenis tumbuhan yang tumbuh di kawasan beriklim tropika berasal dari Asia Tenggara sehingga China Selatan dan benua Australia utara serta kepulauan Pasifik. Tumbuhan ini menghasilkan buah yang di makan sebagai sayuran walau pun kurang popular. Buah muda berembang sangat masam dan digunakan sebagai bahan perasa. Berembang juga di panggil sebagai pagapate (Papua New Guinea); pagatpat (Filipina); tapoo, tamoo (Myanmar); lamphu (Thailand); dan baanchua (Vietnam).
Tumbuhan ini banyak tumbuh di Malaysia terutama dikawasan berhampiran sungai dan dekat dengan laut. Pokok berembang mempunyai keistimewaan tersendiri kerana kini dijadikan produk pelancongan yang "ajaib" di Malaysia iaitu terdapat banyak kunang-kunang datang pada malam hari untuk menghisap manisan bunga pokok berembang.
Pucuk muda berembang dimakan mentah atau dicelur dan boleh dicecah bersama sambal belacan, budu, cencaluk atau pencecah yang lain. Buah mudanya pula boleh dibuat sambal dan dimakan bersama nasi. Buah mudanya berasa lemak-lemak masam, ada juga yang mengatakan ia rasa seperti keju.
Pokok berembang adalah tumbuhan saka yang mempunyai batang , bercabang serta tumbuh menegak sehingga mencapai ketinggian 5-25 meter. Batang pokok berwarna coklat kelabu dengan dahan yang bercabang empat (quadrangular). Daun berembang bersilang berwarna hijau dan berukuran 4-13 cm panjang x 2-7 cm lebar. Bunga berembang sangat cantik dengan warna stamen kemerahan berangkai 2-3 kuntum satu tangkai. Buah berembang berbentuk ceri bulat berwarna hijau dengan diameter ialah 5-7 cm dan 3-4 cm panjang. Kulitnya seakan berminyak berkilat apabila matang dan mengandungi biji yang sangat banyak dimana setiap biji berukuran 7 mm panjang (sangat halus).
Pemerhatian mendapati pokok berembang berbunga sepanjang tahun iaitu stamen dan kelopak bunga akan jatuh selepas 12 jam (biasanya selepas pendebungaan). Agen pendebungaan adalan terdiri dari kupukupu malam dan kelawar yang menghisap manisan (nectar) pada bunga malam hari.
Pokok berembang tumbuh di kawasan paya bakau yang bercambah secara epigeal. Kajian mendapati biji benih berembang agak sukar untuk bercambah terutama jika di bawah naungan. Daun anak benih berbentuk lanseolate tirus dan berukuran 12 cm x 2 cm tetapi daun berembang matang akan berbentuk epiliptik. Serangga kunang-kunang sangat menggemari pokok berembang pada musim-musim tertentu dengan banyak dan dijadikan produk pelancongan istimewa di Thailand, Vietnam, Malaysia dan Indonesia.
Kajian makmal mendapati buah berembang yang masak mengandungi 80 g air, protin (2.3 g), lemak (1 g), karbohiderat (9.4 g), serat (5.7 g), Abu (1.6 g), Posforan (50 mg), Kalsium (40 g) dan tenaga 235 kiloJoule bagi setiap 100 g buah. Buah Berembang mempunyai rasa seperti 'cheese' sama ada dimakan mentah atau di masak. Ada kandungan Pectin yang tinggi dalam buah berembang yang boleh di eksploit. Terdapat orang tempatan yang makan daun berembang tetapi agak jarang. Buah berembang digunakan sebagai ubat untuk mengurangkan batuk. Daunnya pula yang ditumbuk halsu dicampur dengan garam sangat berkesan untuk ditampal dikawasan luka-luka dan menghantikan darah. Batang pokok berembang agak lembut dan sering digunakan untuk kayu api sahaja. Akar Udara berembang boleh dikutip dan dikeringkan untuk dijadikan gabus (Cork) yang mengandungi 10% bahan tanin bagi mengilatkan barangan kulit.
Pokok berembang mungkin terlalu biasa pada pandangan masyarakat Malaysia. Kini terdapat nama-nama kampung yang mana terdapat pokok berembang lalu mereka namakan "Kampung Berembang" dan "Kampong Perepat". Tumbuhan ini perlu dipelihara dari kepupusan kerana ia membekalkan persekitaran seimbang dalam ekosistem kita. Sering berlaku konflik untuk menebang kawasan rizab sungai atau laut bagi projek perumahan, kolam udang dan lain-lain projek yang memusnahkan keajaiban ciptaan Tuhan ini.
Pokok Berembang adalah sejenis tumbuhan yang terdapat di hutan Malaysia. Pokok ini juga dipercayai terdapat di negara-negara ASEAN yang lain. Nama saintifiknya Sonneratia caseolaris (L.) Engl.
Berembang, pedada, gedabu, atau perepat ialah sejenis tumbuhan yang tumbuh di kawasan beriklim tropika berasal dari Asia Tenggara sehingga China Selatan dan benua Australia utara serta kepulauan Pasifik. Tumbuhan ini menghasilkan buah yang di makan sebagai sayuran walau pun kurang popular. Buah muda berembang sangat masam dan digunakan sebagai bahan perasa. Berembang juga di panggil sebagai pagapate (Papua New Guinea); pagatpat (Filipina); tapoo, tamoo (Myanmar); lamphu (Thailand); dan baanchua (Vietnam).
Tumbuhan ini banyak tumbuh di Malaysia terutama dikawasan berhampiran sungai dan dekat dengan laut. Pokok berembang mempunyai keistimewaan tersendiri kerana kini dijadikan produk pelancongan yang "ajaib" di Malaysia iaitu terdapat banyak kunang-kunang datang pada malam hari untuk menghisap manisan bunga pokok berembang.
Pucuk muda berembang dimakan mentah atau dicelur dan boleh dicecah bersama sambal belacan, budu, cencaluk atau pencecah yang lain. Buah mudanya pula boleh dibuat sambal dan dimakan bersama nasi. Buah mudanya berasa lemak-lemak masam, ada juga yang mengatakan ia rasa seperti keju.
Bần chua hay Bần sẻ[3] (danh pháp khoa học: Sonneratia caseolaris) là một loài thực vật có hoa trong họ Lythraceae. Loài này được (L.) Engl. miêu tả khoa học đầu tiên năm 1897.[2]
Đây là loài thực vật ngập mặn, cây có thể cao đến 20m và có đường kính đến 50 cm. Chúng phát triển trên các bãi triều bùn từ châu Phi đến Indonesia, về phía nam đến đông bắc Úc và Nouvelle-Calédonie và về phía bắc đển đảo Hải Nam và Philippines.
Loài này sống chủ yếu ở phần trên của cửa sông (không nằm gần cửa sông) trong vùng gian triều dưới. Nó có thể chịu măn đến tối đa 35 ppt, tuy nhiên chúng tập trung chủ yếu ở những vùng có độ măn thấp hơn, nhiều bùn, có nước ngọt chuyển động.[1]
Trái cho 11% pectin (ZMB). Gỗ cho 52,7% brown pulp (8.5% lignin, 17.6% pentosan). Emodin và axit chrysophanic có thể là chất có màu trong thuốc thô.[4][5] Vỏ cây lấy ở châu Phi cho 17,1% tanin, của lớp pyrogallol. Thân cây ở Ấn Độ cho 9–17%, vỏ cành cây cho 11-12%. Gỗ có hai màu cơ bản, archin (C15H10O5) và archinin (C15H14O12).[4][6]
Trái của chúng là biểu tượng của văn hóa dân gian Maldives, Kulhlhavah Falhu Rani.[7]
Lá và trái có thể được dùng làm thức ăn ở một số khu vực.[8] Ở Việt Nam, rễ thở của chúng được dùng làm nút chai, trong dân gian rễ này còn được gọi là "cặc bần".
Vỏ chứa nhiều tanin có thể dùng cho thuộc da.
Bần chua hay Bần sẻ (danh pháp khoa học: Sonneratia caseolaris) là một loài thực vật có hoa trong họ Lythraceae. Loài này được (L.) Engl. miêu tả khoa học đầu tiên năm 1897.
海桑(学名:Sonneratia caseolaris)为千屈菜科海桑属下的一个种,是旧大陆热带及亚热带红树林中常见的红树种类之一,北起自海南岛、菲律宾群岛;南至澳洲北部;西起自非洲、东至马来群岛等海岸淤泥沼泽地带中均有本种分布。[2][3]
|access-date=
中的日期值 (帮助)
海桑(学名:Sonneratia caseolaris)为千屈菜科海桑属下的一个种,是旧大陆热带及亚热带红树林中常见的红树种类之一,北起自海南岛、菲律宾群岛;南至澳洲北部;西起自非洲、东至马来群岛等海岸淤泥沼泽地带中均有本种分布。
海桑植株