Pterocymbium[1] is a genus in the family Malvaceae: in the subfamily Sterculioideae and previously placed in the Sterculiaceae.[2] In Indonesia, P. tinctorium (Kelumbuk) is a significant timber tree.
Plants of the World Online[3] currently (2019) lists the following accepted species:
§ In Viet Nam the name for this genus is Dực nang with two species listed:[4]
Both are deciduous trees, approximately 25 m high, found in tropical forests.
Pterocymbium is a genus in the family Malvaceae: in the subfamily Sterculioideae and previously placed in the Sterculiaceae. In Indonesia, P. tinctorium (Kelumbuk) is a significant timber tree.
Pterocymbium es un género con 20 especies, perteneciente a la subfamilia Sterculioideae dentro de la familia Malvaceae.
Pterocymbium es un género con 20 especies, perteneciente a la subfamilia Sterculioideae dentro de la familia Malvaceae.
Pterocymbium adalah marga sejenis pohon besar anggota suku Malvaceae, anaksuku Sterculioideae (sebelumnya, suku Sterculiaceae). Pohon penghasil kayu yang ringan ini menyebar luas di Asia Tenggara, Kepulauan Nusantara bagian barat, hingga Pasifik barat.
Ada sekitar 6 atau 7 spesies anggota marga ini.[2] Akan tetapi para ahli belum sepakat sepenuhnya mengenai status taksa tersebut.[3][4] Masih diperlukan kajian lebih lanjut untuk menetapkannya.
Jenis-jenis Pterocymbium menghasilkan kayu ringan, yang dalam perdagangan dikenal dengan nama amberoi. Kayu terasnya berwarna putih kekuningan atau putih keabu-abuan, tidak jelas terbedakan dari kayu gubalnya yang berwarna putih. Densitas kayunya antara (230-)240-380(-450) kg/m³ pada kadar air 12%. Seratnya lurus, teksturnya antara agak kasar hingga kasar. Permukaannya tak berkilau, tetapi pola lukisan serupa kayu ek terlihat kurang lebih pada sisi radial kayu.[2]
Penyusutan kayu amberoi tergolong sedang; dari kayu segar (kadar air lk. 60%) hingga kadar air 12% menyusut sebesar 1,9% dan 5% pada arah radial dan tangensial berturut-turut, sementara dari kayu segar hingga kering tanur menyusut sebesar 2,9% dan 7,6%. Pengeringan udara berlangsung mudah dan baik, tanpa kerusakan berarti. Pengeringan tanur cukup baik, akan tetapi kadang-kadang terjadi pecah ujung atau melintir.[2]
Kayu amberoi tergolong kurang awet, terutama bila digunakan di tempat terbuka. Kayu ini rawan serangan rayap, kumbang ambrosia dan Lyctus, serta jamur kayu. Kayu ini sebaiknya digunakan di dalam bangunan. Kayu amberoi, baik gubal maupun terasnya mudah dimasuki bahan pengawet, khususnya melalui perendaman dengan tekanan.[2]
Kayu ini mudah digergaji (karena tidak mengandung silika) dan mudah dikerjakan. Penghalusan oleh mesin atau tangan dapat berlangsung dengan baik. Kayu amberoi dapat dilem dengan hasil baik dan dipaku dengan cukup memuaskan. Pemanfaatannya untuk pembuatan venir dan kayu lapis cukup baik; akan tetapi kurang bagus untuk papan partikel atau papan serat, dan tidak cocok untuk pembuatan papan semen. Bubur kayu yang dihasilkannya tergolong kualitas sedang.[2]
Pterocymbium adalah marga sejenis pohon besar anggota suku Malvaceae, anaksuku Sterculioideae (sebelumnya, suku Sterculiaceae). Pohon penghasil kayu yang ringan ini menyebar luas di Asia Tenggara, Kepulauan Nusantara bagian barat, hingga Pasifik barat.
Pterocymbium é um género botânico pertencente à família Malvaceae.
«Pterocymbium — World Flora Online». www.worldfloraonline.org. Consultado em 19 de agosto de 2020