El bàndicut de l'illa Ceram (Rhynchomeles prattorum) és una espècie de bàndicut, l'única del gènere Rhynchomeles. Com el seu nom indica, és originària de l'illa de Ceram.
El bàndicut de l'illa Ceram (Rhynchomeles prattorum) és una espècie de bàndicut, l'única del gènere Rhynchomeles. Com el seu nom indica, és originària de l'illa de Ceram.
Der Ceram-Nasenbeutler (Rhynchomeles prattorum) ist eine Beuteltierart aus der Gruppe der Neuguinea-Nasenbeutler (Peroryctinae). Er ist auf der Insel Seram (früher Ceram), die zu den Molukken gehört, endemisch, fossile Überreste wurden aber auch auf Halmahera, einer anderen Molukkeninsel gefunden. Die Art ist stark bedroht oder möglicherweise schon ausgestorben.
Das Fell dieser Tiere ist schokoladenbraun gefärbt, lediglich Brust und Vordergliedmaßen können weißlich sein. Der schwarze Schwanz ist nahezu unbehaart. Auffallend sind die langgezogene Schnauze und die kleinen, ovalen Ohren. Bis auf das völlig stachellose Fell ähnelt die Art den Stachelnasenbeutlern. Ceram-Nasenbeutler erreichen eine Kopfrumpflänge von 25 bis 33 Zentimeter, der Schwanz wird 11 bis 13 Zentimeter lang.
Von der Art wurden bislang nur sieben Exemplare gefunden, alle im Jahr 1920 während einer Expedition von Felix Pratt und seiner Söhne, denen die Art auch ihr Artepithet verdankt. Die Funde wurden im dichten Regenwald in 1800 Metern Seehöhe gemacht, was Rückschlüsse auf den Lebensraum zulässt. Ansonsten ist über die Lebensweise dieses Tieres nichts bekannt.
Da seit 1920 keine Tiere gefunden wurden, gibt es auch keine Angaben über den Bedrohungsgrad. Einige Forscher gehen davon aus, dass die Art ausgestorben ist, eine Expedition im Jahr 1991 zur Suche nach Ceram-Nasenbeutlern verlief ergebnislos. Andere vertreten die Ansicht, dass sie durchaus noch in unberührten Gebieten vorkommen könnten, was sich mit Gesprächen mit Bewohnern der Insel Seram deckt, die die Tiere gesehen haben wollen. Genaue Angaben lassen sich derzeit nicht machen, die IUCN listet die Art unter „data deficient“ (Unzureichende Datenlage).
Der Ceram-Nasenbeutler (Rhynchomeles prattorum) ist eine Beuteltierart aus der Gruppe der Neuguinea-Nasenbeutler (Peroryctinae). Er ist auf der Insel Seram (früher Ceram), die zu den Molukken gehört, endemisch, fossile Überreste wurden aber auch auf Halmahera, einer anderen Molukkeninsel gefunden. Die Art ist stark bedroht oder möglicherweise schon ausgestorben.
Das Fell dieser Tiere ist schokoladenbraun gefärbt, lediglich Brust und Vordergliedmaßen können weißlich sein. Der schwarze Schwanz ist nahezu unbehaart. Auffallend sind die langgezogene Schnauze und die kleinen, ovalen Ohren. Bis auf das völlig stachellose Fell ähnelt die Art den Stachelnasenbeutlern. Ceram-Nasenbeutler erreichen eine Kopfrumpflänge von 25 bis 33 Zentimeter, der Schwanz wird 11 bis 13 Zentimeter lang.
Von der Art wurden bislang nur sieben Exemplare gefunden, alle im Jahr 1920 während einer Expedition von Felix Pratt und seiner Söhne, denen die Art auch ihr Artepithet verdankt. Die Funde wurden im dichten Regenwald in 1800 Metern Seehöhe gemacht, was Rückschlüsse auf den Lebensraum zulässt. Ansonsten ist über die Lebensweise dieses Tieres nichts bekannt.
Da seit 1920 keine Tiere gefunden wurden, gibt es auch keine Angaben über den Bedrohungsgrad. Einige Forscher gehen davon aus, dass die Art ausgestorben ist, eine Expedition im Jahr 1991 zur Suche nach Ceram-Nasenbeutlern verlief ergebnislos. Andere vertreten die Ansicht, dass sie durchaus noch in unberührten Gebieten vorkommen könnten, was sich mit Gesprächen mit Bewohnern der Insel Seram deckt, die die Tiere gesehen haben wollen. Genaue Angaben lassen sich derzeit nicht machen, die IUCN listet die Art unter „data deficient“ (Unzureichende Datenlage).
The Seram bandicoot (Rhynchomeles prattorum), also known as the Seram Island long-nosed bandicoot, is a member of the order Peramelemorphia that is endemic to the island of Seram in Indonesia. It is the only species in the genus Rhynchomeles.
It was named by Oldfield Thomas for Charles, Felix and Joseph Pratt, the three brothers who collected the specimens. The species was described from a collection of seven specimens, made in 1920 on the Indonesian island of Seram, the only record of its existence. It is classified as an endangered species on the Red List of the IUCN, due to its narrow distribution range and noted as data deficient. Conservation of the species, if extant, is threatened by clearing of lower altitude forests near its type locality. The introduction of pigs, dogs, and other feral animals could cause a decline in population. The collection of the type specimens was made in tropical upper montane forest, in Manusela National Park, with one specimen obtained at an altitude of 1800 metres asl. The surrounding region has not been surveyed for this species, although an occurrence in Buru has been suggested.[2]
Vernacular names for R. prattorum:[3]
The Seram bandicoot (Rhynchomeles prattorum), also known as the Seram Island long-nosed bandicoot, is a member of the order Peramelemorphia that is endemic to the island of Seram in Indonesia. It is the only species in the genus Rhynchomeles.
El bandicut hocicudo de Seram (Rhynchomeles prattorum) es una especie de bandicut, la única del género Rhynchomeles.[2] Como su nombre indica, es originaria de la isla de Ceram.
El bandicut hocicudo de Seram (Rhynchomeles prattorum) es una especie de bandicut, la única del género Rhynchomeles. Como su nombre indica, es originaria de la isla de Ceram.
Rhynchomeles prattorum Rhynchomeles generoko animalia da. Peramelemorphia ordenaren barruko ugaztuna da. Echymiperinae azpifamilia eta Peramelidae familian sailkatuta dago.
Rhynchomeles prattorum Rhynchomeles generoko animalia da. Peramelemorphia ordenaren barruko ugaztuna da. Echymiperinae azpifamilia eta Peramelidae familian sailkatuta dago.
Bandikot seram (nama binomial: Rhynchomeles prattorum, Inggris: Seram bandicoot),[3] atau sebutan lainnya bandikot hidung panjang Pulau Seram (Seram Island long-nosed bandicoot),[4] adalah anggota dari ordo Peramelemorphia. Ia adalah satu-satunya spesies dalam genus Rhynchomeles.[4]
Penamaan spesies diambil dari para pengumpulnya, yaitu Felix Pratt dan anak-anaknya Charles dan Joseph Pratt, dan koleksi spesies tersebut sekarang disimpan di British Natural History Museum di London, Inggris.[4]
Spesies endemik ini diklasifikasikan (Thomas, 1920) berdasarkan koleksi yang terdiri dari tujuh spesimen, yang diperoleh pada bulan Februari tahun 1920 di Pulau Seram, Indonesia, dan merupakan satu-satunya catatan mengenai keberadaannya.[4] Koleksi tipe spesimen diperoleh di hutan pegunungan atas tropis di Taman Nasional Manusela, di mana satu spesimen diperoleh pada ketinggian 1.800 meter dpl.[4]
Penemuan fosil-fosil kala Holosen di Pulau Halmahera dan Maluku Utara yang memperlihatkan kesamaan dengan Rhyncomeles menimbulkan dugaan bahwa dahulu mungkin penyebarannya lebih luas (Flannery, 1995).[4]
Panjang dari kepala hingga tubuh 245-330 mm, panjang ekor 105-30 mm.[4] Bulunya kering (crisp), mengkilat, dan sama sekali tidak bertulang (nonspinous), serta terdapat sedikit bulu halus bagian dalam (underfur).[4] Tubuh bagian atas dan bawah berwarna coklat gelap, dan sebidang bagian dada berwarna putih.[4] Bagian kepala sedikit lebih ringan daripada bagian belakang, dan terdapat area yang keputih-putihan pada kaki depan, sedangkan ekor hampir tidak berbulu dan berwarna coklat kehitaman.[4] Moncong berbentuk panjang, dengan perpanjangan pada tulang-tulang nasal pada tengkoraknya. Telinga kecil dan berbentuk oval.[4] Seperti Echymipera tidak terdapat gigi seri atas kelima.[4] Perbedaan utama dengan Echymipera adalah moncongnya yang sangat panjang dan langsing, gigi geraham terakhir yang amat kecil, serta susunan gigi pipi yang cukup berjarak.[4]
Bandikot seram digolongkan sebagai spesies yang terancam punah pada Daftar merah IUCN (Kennedy, 1992) karena lingkup penyebarannya yang sempit dan tercatat sebagai spesis yang kekurangan data.[4] Konservasi spesies ini, apabila masih belum punah, terancam karena pembukaan hutan dataran rendah yang dekat dengan lingkungan hidupnya.[5] Tersebarnya babi, anjing, dan hewan meliar lainnya juga dapat menyebabkan penurunan populasi.[2] Ekspedisi yang dilakukan pada tahun 1991 tidak berhasil menemukan keberadaannya, namun pembicaraan dengan penduduk setempat menunjukkan peluang spesies ini mungkin masih bertahan hidup di area hutan montane yang belum terganggu (Kitchener et al., 1993).[4] Wilayah sekitarnya belum disurvei untuk mengetahui keberadaannya, meskipun sebuah kemunculan diduga terjadi di Pulau Buru.[2]
Bandikot seram (nama binomial: Rhynchomeles prattorum, Inggris: Seram bandicoot), atau sebutan lainnya bandikot hidung panjang Pulau Seram (Seram Island long-nosed bandicoot), adalah anggota dari ordo Peramelemorphia. Ia adalah satu-satunya spesies dalam genus Rhynchomeles.
Penamaan spesies diambil dari para pengumpulnya, yaitu Felix Pratt dan anak-anaknya Charles dan Joseph Pratt, dan koleksi spesies tersebut sekarang disimpan di British Natural History Museum di London, Inggris.
Il bandicoot di Seram (Rhynchomeles prattorum Thomas, 1920), noto anche come bandicoot dal naso lungo dell'Isola di Seram, è un raro marsupiale dell'ordine dei Peramelemorfi. È noto solamente a partire da una serie di sette esemplari catturati nel febbraio 1920 in un'unica località dell'isola di Seram (Indonesia). Vive nelle foreste pluviali ed uno degli esemplari è stato catturato a 1.800 m di altitudine.
Il bandicoot di Seram (Rhynchomeles prattorum Thomas, 1920), noto anche come bandicoot dal naso lungo dell'Isola di Seram, è un raro marsupiale dell'ordine dei Peramelemorfi. È noto solamente a partire da una serie di sette esemplari catturati nel febbraio 1920 in un'unica località dell'isola di Seram (Indonesia). Vive nelle foreste pluviali ed uno degli esemplari è stato catturato a 1.800 m di altitudine.
De Cerambuideldas (Rhynchomeles prattorum) is een buideldas uit de onderfamilie Echymiperinae die voorkomt op het Indonesische eiland Ceram, op minstens 1800 m hoogte. Dit geslacht staat in sommige opzichten tussen Echymipera en Peroryctes in; ook de slecht bekende fossiele buideldas van Halmahera lijkt op de Cerambuideldas. De Cerambuideldas is de enige soort van het geslacht Rhynchomeles, het enige Australaziatische buideldierengeslacht dat niet (onder andere) in Nieuw-Guinea of Australië voorkomt.
De vacht is chocoladebruin, op een witte vlek op de borst na. De voeten zijn kort en breed. De klauwen zijn bruin. De kop-romplengte bedraagt 245 tot 330 mm, de staartlengte 105 tot 130 mm, de achtervoetlengte 35 tot 65 mm en deo oorlengte 21 tot 25 mm.
De Cerambuideldas (Rhynchomeles prattorum) is een buideldas uit de onderfamilie Echymiperinae die voorkomt op het Indonesische eiland Ceram, op minstens 1800 m hoogte. Dit geslacht staat in sommige opzichten tussen Echymipera en Peroryctes in; ook de slecht bekende fossiele buideldas van Halmahera lijkt op de Cerambuideldas. De Cerambuideldas is de enige soort van het geslacht Rhynchomeles, het enige Australaziatische buideldierengeslacht dat niet (onder andere) in Nieuw-Guinea of Australië voorkomt.
De vacht is chocoladebruin, op een witte vlek op de borst na. De voeten zijn kort en breed. De klauwen zijn bruin. De kop-romplengte bedraagt 245 tot 330 mm, de staartlengte 105 tot 130 mm, de achtervoetlengte 35 tot 65 mm en deo oorlengte 21 tot 25 mm.
Rhynchomeles prattorum, conhecido como bandicoot-de-seram(a), ou ainda bandicuto-de-seram é um marsupial da família Peramelidae, endêmico da ilha de Seram.
Rhynchomeles prattorum, conhecido como bandicoot-de-seram, ou ainda bandicuto-de-seram é um marsupial da família Peramelidae, endêmico da ilha de Seram.
Indonesisk punggrävling (Rhynchomeles prattorum) är ett däggdjur i familjen punggrävlingar och den enda arten i sitt släkte.[2] Den är endemisk på ön Seram som tillhör Moluckerna.[1] Fossila rester av släktet hittades dessutom på ön Halmahera.[3]
Pälsen har en mörkbrun grundfärg, på bröstet och vid de främre extremiteterna är pälsen ibland vitaktig. Den svarta svansen saknar i stort sett hår. Arten har en långdragen nos och små ovala öron. Den påminner i utseende om taggpunggrävlingar men har inga styva hår (taggar). De båda släktena skiljer sig även i detaljer av skallens och tändernas konstruktion.[3] Indonesisk punggrävling når en kroppslängd (huvud och bål) mellan 25 och 33 centimeter och därtill kommer en 11 till 13 centimeter lång svans.[3]
Arten är bara känd från sju individer som hittades 1920 under en expedition av Felix Pratt och hans söner. Individerna upptäcktes i den täta regnskogen 1 800 meter över havet. Annars är ingenting känt om artens levnadssätt.[3]
Efter 1920 hittades inga fler individer och därför antar vissa zoologer att arten är utdöd. En expedition som 1991 letade efter dessa punggrävlingar återvände utan resultat. Andra forskare som talade med den inhemska befolkningen fick uppgiften att arten finns kvar. IUCN listar indonesisk punggrävling därför som stark hotad (endangered).[1]
Indonesisk punggrävling (Rhynchomeles prattorum) är ett däggdjur i familjen punggrävlingar och den enda arten i sitt släkte. Den är endemisk på ön Seram som tillhör Moluckerna. Fossila rester av släktet hittades dessutom på ön Halmahera.
Rhynchomeles prattorum là một loài động vật có vú trong họ Peramelidae, bộ Peramelemorphia. Loài này được Thomas mô tả năm 1920.[2]
Phương tiện liên quan tới Rhynchomeles prattorum tại Wikimedia Commons
.png){kind=small}
Bài viết liên quan đến động vật có vú này vẫn còn sơ khai. Bạn có thể giúp Wikipedia bằng cách mở rộng nội dung để bài được hoàn chỉnh hơn. Rhynchomeles prattorum là một loài động vật có vú trong họ Peramelidae, bộ Peramelemorphia. Loài này được Thomas mô tả năm 1920.
島袋狸屬（Rhynchomeles, 島袋狸），哺乳綱的一屬，而與島袋狸屬（島袋狸）同科的動物尚有新幾內亞袋狸屬（大袋狸）、鼠袋狸屬（鼠袋狸）等之數種哺乳動物。
스람반디쿠트 또는 스람섬긴코반디쿠트는 반디쿠트목에 속하는 유대류의 일종이다.[2] 스람반디쿠트속(Rhynchomeles)의 유일종이다. 이 종은 1920년 인도네시아의 스람섬에서 수집한 7종의 표본을 통해 기록하였다.
